Bandar Lampung—Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonsesia (MUI) Pusat menggelar wisata dakwah wasathiyah di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL), Kamis (14-7).
Kegiatan ini digelar di lantai III FDIK, dihadiri Wakil Ketua Komisi Dakwah H. Abdul Mun’Im Ritonga, S.H., MH., Sekretairs Komisi Dakwah Dr. Chandra Krisnajaya, dan anggota komisi dakwah Haidir Sulaiman, M.A. Civitas akadmika FDIK UIN RIL turut menghadiri kegiatan ini, yakni dekan, para wakil dekan, dosen dan mahasiswa. Acara ini dibuka Dekan FDIK Dr. Abdul Syukur, M.Ag.
Dalam paparannya H. Mun’Im mengatakan, seorang dai harus kaya dan keren agar mampu menginspirasi jemaahnya. Selain itu dai juga harus memiliki wawasan global, agar pandangannya luas dan bisa mengajak umat atau jemaahnya menjadi muslim yang toleran atau muslim wasathiyah, yakni muslim garis tengah tidak terlalu condong ke kiri maupun ke kanan.
“Untuk bisa menjadi dai yang baik, seoarang calon dai harus memperhatikan efek dari dakwah yang sudah dia lakukan,” kata Mun’im.
Mun’im mencontohkan, saat mengunjungi sebuah daerah yang cukup makmur dan penghasilan warganya cukup banyak, namun hewan qurban yang dipotong sangat sedikit. Untuk menumbuhkan kesadaran warga untuk berkorban, dia kemudian mencontohkan betapa banyak uang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang duniawi.
“Saya membandingkan, betapa banyak uang untuk membayar penyanyi misalnya jika dibandingkan dengan harga kambing yang jauh lebih murah. Alhamdulillah, tahun depannya, setelah saya cek, jumlah hewan qurbannya meningkat hamper dua kali lipat,” ujar Mun’im.
Sementara itu Chandra mengatakan, calon dai harus memiliki semangat dan cita cita yang kuat. Hal itu sangat penting untuk memotivasi diri agar bisa berdakwah dan menebar kebaikan dan manfaat bagi sesama.
“Pendakwah atau dakwah hari ini harus kekinian alias berjiwa milenial dan tidak boleh lagi berjiwa colonial,” kata Chandara. Sedangkan ustad Haidir mengingatkan pentingnya dakwah melalui lisan maupun perbuatan. UNI